A recovering addict and her new toy

Kopi adalah kawan akrab banget waktu kuliah dulu karena jadwal padat banget dengan 3 kerjaan part-time. On average sehari bisa 3 gelas, minggu ujian bisa nyampe 5 cups. Paling kocak kalo inget perjuangan kuliah jaman dulu di mana di kampus hanya kami berlima orang Indonesia. Pada satu hari kami semua berhasil begadang dua malam suntuk straight karena pada ujian 2 subjects sehari dengan ditunjang oleh kopi se-ember (yes you read it right, SATU EMBER). Ngakak ingetnya karena tiba-tiba salah satu teman turun bawa ember item (yang kayak buat ngepel itu) dan gayung kecil, kita semua bingung apaan itu, dan ternyata isinya ramuan kopi yang dia siapin buat kita semua (pake ditambah ginseng boowww).

To tell you the truth, I really don’t know when my love for a cup of Joe started. What I can remember is I crave the taste and can’t start my morning without it. Addictionnya walopun berkurang masih continue sampai sekarang. For some time my passion for this brain juice brought me to different cafes di Jakarta lho. From time to time I also go cold turkey dan stop completely buat menghentikan ketergantungan dan clean my system. That helps to get everything under control and at appropriate dose. Now, I call myself a social battery acid consumer 😀 (battery acid is a coffee slang).

Kalo dihitung-hitung I spent quite a lot on my caffeine fix habit so seeing that I am not working yet, I wanted to cut down on some expenses. Hence months of constant nagging and begging my husband to get me a coffee machine. LOL! Akhirnya terkabul juga di tahun baru ini, itu juga karena kami perlu beli vacuum cleaner baru dan lagi ada promo. I didn’t get the type I requested but the one I brought home is sufficient…for now. Mesin kopi permintaan gue sebenarnya yang lengkap dengan grindernya jadi gue bisa beli biji kopi asli, yang digrind hanya setiap mau minum kopi supaya aromanya terjaga dan fresh luar biasa bahahahaha….fancy fancy, ndak papa toh namanya juga proposal wkwkwkw. Punya gue sekarang ini is a little machine versi mureng abiiiezzz. Small foot print is great to start with 😀

Mesinnya datang lengkap dengan handle (ya iyalah klo ga gt gimana ngebrew-nya jack) dan scoop takaran bubuk kopi. Takaran di handlenya bisa dicustomize tergantung berapa banyak gelas yang mau dibuat, satu ato dua. Tidak terlupakan a stainless stell jug untuk frothing milk (though it screams when steaming). Perawatannya juga gampang, hanya dicuci aja partsnya sehabis dipake. Gue biasanya jalanin air lagi through mesin kopinya dan milk froth wand-nya untuk get rid off any possible coffee residu ato susu yang tertinggal. Lap sana sini dan selesai deehh. Sebulan sekali I run vinegar through the machine supaya bebas hambatan jalannya. Salah satu feature yang gue suka juga adalah top part mesin ini dimana ada penghangat gelas yang berfungsi saban mesinnya dijalanin. It keeps your cups warm which is uber important for a good mojo!

I actually did an analysis of how much money I am saving with this machine. Kalo ngopi di sini rata-rata satu gelas kopi standard – cappuccino/latte will cost you about $4, espresso is slightly cheaper dan ice coffee ranges from $5.50 – $7.50. Variant coffee di sini agak beda dengan yang kita kenal di Indo. Topik ini nanti gue bahas di postingan yang berbeda yaaa. Kalo dihitung, 1kg ground coffee dari merk yang ok sekitar $30, dengan takaran pemakaian gue sih ini bisa jadi sekitar 40 gelas, take into account electricity and milk, my home brewed cup of jolt comes up about to 95 cents. Not bad at all kan?! That’s a whopping 75% saving!! Sekarang sih udah ga pernah ngafe lagi kecuali terpaksa. Malah pada gue giring ke rumah buat jadi ajang latihan sekalian hemat wkwkwkwk….wanna come by?