“I am sorry.” We’ve all said it and heard it. Awalnya terinspirasi nulis tentang ini gara-gara dengerin lagunya Morrisey, “Sorry Doesn’t Help” (I am a big fan of Morrisey by the way 😁). Saying sorry is a good first reaction tapi tidak gampang dilakukan seperti yang Ryan bahas di postingannya (draft ini sendiri sebenarnya sudan diparkir selama 2 minggu). Berdasarkan observasi gue, minta maaf sepertinya lebih susah dilakukan oleh orang Asia daripada orang bule. Somehow mungkin sentimen kultural berpengaruh. Bangsa bule yang lebih akrab bergaul sama sports cenderung lebih sportif dan dengan demikian mungkin jadi lebih mudah untuk offer their apologies.
Pada dasarnya kita minta maaf sebagai tanda penyelasan akan sesuatu yang sudah kita perbuat, tapi pernah gak berpikir kalo saying sorry itu bisa beragam arti seperti:
– I’m sorry you feel bad.
– I’m sorry for making you feel bad.
– I’m sorry I wronged you and I feel bad that I hurt you.
– I’m sorry I got caught.
– I’m sorry this is awkward.
Jadi menurut gue seseorang bisa minta maaf karena feel bad for a number of reasons tapi still not truly apologize and seek reconciliation for what they have done. Makanya ada yang suka bilang,”I apologize for what I have done and I seek your forgiveness – yang in my opinion adalah langkah lebih jauh dari sekedar bilang maaf for hurting your feelings. Interestingly enough, kalo kita google how to apologize banyak banget website yang muncul menawarkan tuntunan steps minta maaf (bisa sampai 15 langkah!).
Regardless apa maksud yang diconvey oleh sebuah permintaan maaf, saying sorry is still a very good thing dan sebaiknya dijadikan habit, bahkan kalo bisa reflex. Gue jadi teringat suatu kejadian di kantor Amerikahe gue dulu. Kami lagi asyik ngobrol dan salah satu kawan (sebut saja John) mengeluarkan komentar yang rupanya menyinggung salah satu kolega gue (kita refer sebagai Marie saja ya). Marie yang tersinggung ini langsung cabut ninggalin kami. John bingung karena memang dia berbicara secara general dan sama sekali gak tahu alasan kenapa Marie tersinggung. Walopun John gak ngerti apa yang sedang terjadi, dia langsung ngejar Marie (kayak scene pelem yak!) dan minta waktu buat ngomong. Singkat cerita John minta maaf dan habis itu they were back on good terms again. Kejadiannya simple aja sebenarnya tapi I’ve always admired that kind of attitude karena John gak menunda, dia langsung take action so it cleared up a lot of things right away. Kan kita sering kali wlopun udah tau salah juga masih berat hati gak sih untuk say sorry?
Gue bersyukur juga karena profesi yang kemarin ditekuni lama mengharuskan sering minta maaf, sampai gue pernah bilang kalo kerjaan sebagai banker itu digaji buat minta maaf. Salah atau gak kalo customer bete ya kudu say sorry. Intinya sih menurut gue minta maaf harus banyak latihan biar ga berat melakukannya. Swallow your pride and put your best food forward!
Another side of the coin adalah bagian si pemberi maaf. Gue sama suami pernah berdiskusi beberapa kali tentang ini dan akhinya kami tiba di kesimpulan yang sama. Mungkin kita juga perlu cek dan ricek diri kita sendiri waktu kita bilang kita sudah memaafkan. Banyak orang bilang sudah memberi maafnya tapi waktu keinget kejadiannya lagi, hatinya masih kejet-kejet. Kalo keadaannya kayak gini sih mungkin baru melupakan, belum memaafkan. To me, arti memaafkan yang sesungguhnya itu adalah pada saat kita teringat kejadiannya, hati kita sudah damai tentram, gak ada lagi sakit hati yang timbul. Kalo kita hanya melupakan berarti masih ada akar pahit yang tersisa dan most likely we still need some more time to truly forgive. Gimana dengan pengalaman kawan-kawan?
Yesss. Posted. Akhirnya.
Memang mba. Meminta maaf dan memaafkan itu susah.
Ada yang sering meminta maaf sampai akhirnya kata maaf itu gak ada lagi artinya bagi dirinya sendiri. Dan orang yang kenal dia pun juga jadi illfeel sama dia setiap minta maaf. Kenapa? Karena terlalu seringnya, maaf atas suatu salah itu hanya… Maaf. Tapi gak da perubahan sama sekali.
Terus memaafkan. Setuju banget mba. Memaafkan harus yang bisa membuat hati kita tentram. Nah ini yang susah deh. Bilang memaafkan tapi masih aja mikir kalau disebut nama orang itu. Memaafkan secara ikhlas susahhhh.
LikeLike
Hahaha memang lagi hobby mendem draft nih. Nah itu dia maksudku Ryan – klo masih aja kepikiran berarti belum memaafkan – itu baru namanya melupakan hehehe…
LikeLiked by 1 person
Kultur negara-negara Asia yang hierarkis itu yang buat kebanyakan orang Asia susah/ngga bisa/ngga biasa minta maaf. Hierarki umur, posisi kantor dan sosial perannya penting disini. Minta maaf dibeberapa kultur Asia = hilang muka = hilang prestise. Ini bisa fatal akibatnya.
Kalo aku sih minta maaf dengan tulus, ngga apa-apa. Dengan catatan I feel really sorry about it, bukan basa-basi 😉
LikeLiked by 2 people
Iya ya mbak. di kultur Asia, tidak bicara apa-apa dan menundukkan kepala waktu salah mungkin sering kali lebih acceptable. Aku juga merasa karena ini anak-anak Asia tidak dibesarkan dengan kebiasaan minta maaf dengan terbuka.
Nah itu dia mbak, aku merasa sering orang minta maaf secara “teknis” tapi ga tulus hehehe…klo yang ini sering aku liat di bule.
LikeLike
Yep, the infamous sorry not sorry 🙂
LikeLike
Paham sih kondisi maaf dan memaafkan ini. Kalo sama kantor sebelumnya cuman sampe batas melupakan saja sayah mah. Belom sampe memaafkan dari lubuk hati paling dalam.
Kejadian memaafkan ini pernah kejadian sama temen kuliah Mba. Sama mereka pernah sampe saling teriak dan saling tunjuk sampe akhirnya beberapa tahun kemudian sadar sendiri dan saya pribadi beneran memaafkan. Mengingat kejadian yang lalu sampe sadar betapa kesalahpahaman saja yang terjadi.
LikeLiked by 2 people
And it’s ok Dan. Tiap orang kan butuh jangka waktu yang beda2. Gue juga masih bergumul sama beberapa issue kok, hence tulisan ini dan pembahasan dengan suami yang sort of therapeudic buat gue. In the end, cuman kita yang tau kejujuran hati kita sendiri. Maunya yg masih WIP benar2 termaafkan
LikeLiked by 1 person
Kecepetan klik send – seperti dengan ceritamu dgn kawan kuliah itu 😊
LikeLike
Dulu teman saya pernah bilang, “Forgive but not forget.” Saya nggak tahu apa yang dia maksud itu adalah dendam, tapi dia bilangnya begitu. Sampai sekarang saya masih agak bingung :haha.
Jujur, saya sudah berada dalam beberapa posisi ketika saya berbuat salah, saya minta maaf dengan cara yang menurut saya pada saat itu adalah yang terbaik, tapi hubungan kami sebagai teman tidak bisa kembali seperti dulu. Ibarat kata guci, yang sudah pecah, biarpun diperbaiki juga nggak akan bisa balik seperti dulu.
Kalau sudah begitu, saya mundur, dan memaafkan diri saya sendiri. Yang penting saya sudah minta maaf, kan. Nggak dianggap masalah lagi. Kalau dianggap masalah, yang sebenarnya sudah sepantasnya diikhlaskan begitu, malah nggak bisa tenang. Kayak koin, kalau didekatkan ke mata, matahari pun bisa ketutup *eh saya baca perumpamaan ini dari blognya Mbak bukan sih :haha*
Duh, jadi curhat. Panjang pula. Maafkan, ya? :hehe
LikeLike
Temanmu penggemar The Corrs kali Gar, ada lagunya “Forgiven but not forgotten.” Ya itulah tiap org berjalan di titik waktu dan kesiapan yg berbeda2 ya. Buatku utk hal2 yg masih ganjal (di mana aku pemberi maafnya), aku beri waktu untuk diri sendiri sampai benar plong dan aku akan kontak kembali orgnya, wlopun midalnya org itupun tidak pernah minta maaf, it’s okay. Yg penting aku berdamai dgn hatiku di akhir prosesnya.
LikeLiked by 1 person
Suka kalimat terakhir tentang berdamai dengan hati dan diri sendiri. Esensi memaafkan yang akhirnya lebih ke arah self-healing 🙂
LikeLiked by 1 person
Bener bgt Gar ☺️☺️
LikeLike
Kebanyakan konsep menerima maaf yang dimiliki orang Indonesia seperti itu, Mbak. Mereka mungkin tahunya sudah memaafkan. Namun, ujung-ujungnya tetep saja mengingat sekuat tenaga kesalahan apa yang dilakukan seseorang padanya. And, for them, it’s a normal.
LikeLiked by 1 person
Bener Riz, itu yg jadi awal diskusiku dengan suami akan hal ini. Belajar jujur dengan diri sendiri apa sih artinya memaafkan 😊
LikeLike
Sebagian orang malah nunggu momen, kek lebaran misalnya
Gengsi levelnya termasuk hard kayaknya, terutama yg ngerasa tua, berpengaruh, sll
LikeLiked by 2 people
Banyak yg gitu Nar. Yg muda jugaa kok, smpe lebaran juga kagak hahahaha
LikeLike
John keren deh dan memang tepat, harusnya kita minta maat langsung kalau ada yg tersingung aka ngambek bukan malah bilang ‘ah dia mah biasa begitu’ atau ‘bodo ah mulut-mulut gue’. Haha. Pinginya klo dalam posisi ini cepet sadarnya jadi ngak numpukin rasa benci. Untuk kitanya jangan mudah ambil hati juga dan berpikir positif.
LikeLiked by 1 person
Komenmu bikin aku inget, iyaa srg bgt kita blg ah biasa dia gt. makanya aku biasakan lgsg aja minta maaf klo aku buat situasi ga enak misalnya, sadar ato ga sadar. Susaah tp hrs dijadikan habit. Spt yg Ryan blg, to be a better me☺️
LikeLiked by 1 person
A good habit comes from a goodwill and vice versa. Semakin ke sini kok kayaknya semakin males berurusan dengan maaf memaafkan ini. Masih banyak masalah lain yang lebih penting dari itu. Idealnya sih otomatis memaafkan kalau sampai ada yang menyinggung, dan otomatis langsung meminta maaf jika merasa berbuat salah kepada orang lain. Tapi yaa, beda kepala beda isi sih ya. Beda umur kadang bisa beda juga perlakuannya. Intinya sih pinter-pinter membaca situasi dan empati kali ya. Dan kalau niatnya bener-benr baik biasanya tersampaikannya juga baik. CMIIW.
LikeLike
‘You are forgiven but not forgotten’ >> Lagu The Corrs tiba2 mendengung.
Ya harus sincere minta maaf dan jangan terlalu menggombal juga ucapan maafnya ya… huhhhhh kinda hard sometimes
LikeLiked by 1 person
Ini postingan dah kuedit Joyce, ini lagu tadi ada di dalamnya hahaha. Setuju..semuanya kan mulai dari hati yg tulus ya
LikeLike
Banyak hal yang harus dikaji lagi kalau dalam urusan maaf dan memaafkan.. 🙂
saya sering juga ngeliat orang yang katanya udah memaafkan tapi dibelakang orang nya dia menggunjingkan kejelekan orang tersebt. kan sama aja boong.
LikeLiked by 1 person
Nah itu dia Ris. Makanya tulisan ini juga buat reminder diri sendiri😊
LikeLiked by 1 person
Semoga saya juga teringatkan dengan tulisan ini supaya memaafkan memang benar-benar memaafkan. 🙂
LikeLike
Ammmiiiinnnn….to the better us ya Ris 🙂
LikeLike
Kalo si John itu orang indonesia, mungkin dia bakal mengernyit bingung trus ngomong apa temen satunya, “eh si itu kenapa?gue kebangetan emang barusan?kan gak nyindir dia sebenernya”
Trus si temen satunya bilang, “iyaya, yaudah deh biarin, ntar juga baek lagi, lagi badmood kali” 😛
But yes, forgiving while forgetting is a lil bit hard. Sering kayaknya saya berpikiran, “oke dimaafin, tapi mungkin sikap saya gak akan sama kayak sebelumnya” berarti belum memaafkan ya, mbak?
LikeLiked by 1 person
Hahaha kocak Nad. Benernya John wktu itu juga reaksi langsungnya,”Did I say something wrong?” Trus kita jawab,”maybe, I dont know, bahkan ada juga yang bilang maybe she’s having a bad day.” Tapi hbs itu si John ngejar. Ada juga yang ga langsung ngejar kok apalagi klo lg mo ada rapat ato ditengah2 sesuatu. Tapi yg pasti either mrk kasih kita wktu utk cool down ato ga, pasti mrk minta wktu utk ngomong pribadi dan bahas kejadiannya…..
Hehehehe…berarti belum kelar tuh episode di hatinya hihihih
LikeLike
Persis ternyata yaa hahaha
Cuma iya sih, mungkin sebagian orang enggan buat ngejar and make things clear karena takut disemprot ama yg empunya bete. Makanya jadi seperti seolah-olah ga mau minta maaf, padahal sebenernya atuut
okey then, forgiving is hard!
LikeLiked by 1 person
haha itu battle terbesarnya kan ya, utk swallow our pride and put our best foot forward. Tp hbs itu leganyaaaaaaa
LikeLike
iyaaa kerasa lebih ringaaan *pengalaman* hehehe
LikeLike
Ketulusan dalam permintaan maaf itu hal yang sulit. Saya sering ngalamin *ini habit yang perlu saya ubah :D*. Tapi kalau hati sudah damai berarti udah tulus.
Saya selalu salut sama orang-orang barat dengan permintaan maafnya. Kalau asia bahkan di salah satu kultur *sensor* kok ya ngomong maaf aja ga bisa, rasanya harga dirinya diinjek-injek banget. Justru ini yang membuat saya dan si pemegang kultur ini selalu bentrok. Memang nggak cocok jalan beriringan kali ya.
LikeLiked by 1 person
San, komenmu buat aku keppoo *sambil nebak2* hmm yang penting kedamaian hati sendiri ga sih? Klo aku hal2 yang dipaksakan biasanya sulit 🙂
LikeLike
Jieheheh aku gatelnya juga pengen nulis.. tapi…… hehehe di sensor aja deh… takutnya cuman aku yang ngerasain ini 😀
Iya bener banget mba kedamaian hati *sambil elus-elus dada* 🙂
LikeLiked by 1 person
Jangan San…aku ga maksud nanya kok. Keep it to yourself aja 🙂 you know what to do or NOT hahaha
LikeLiked by 1 person
Alhamdulillah aku terbiasa minta maaf, emang awalnya terasa janggal. Cuma setelah dibiasakan bisa lebih vokal mengeluarkan pendapat, dan minta maaf kalo melakukan kesalahan.
LikeLiked by 1 person
Jadi ringan ya jalannya Ji. Tidak ada beban 🙂
LikeLike
Yap 🙂
LikeLike
minta maaf mikan, kalau ada salah, 🙄
LikeLike
maafkan aku juga 🙂
LikeLiked by 1 person